Jumat, 13 Januari 2012

UAS 2011/2012

8 komentar:

  1. 1.Apa yang dapat anda jelaskan sehubungan dengan guidance cource. Adakah yang dapat anda jelaskan berkaitan dengan hasil penilaian tugas observasi kelompok anda?

    BalasHapus
  2. Guidance course ialah suatu bentuk pelajaran bimbingan. Pelajaran bimbingan yang dimaksud dapat berupa bimbingan akademik ataupun suatu studi akademik dan juga dapat berupa tahap-tahap yang harus dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani proses bimbingan.
    Guidance course, jika salah dalam menjalankan fungsinya dapat menyebabkan gagalnya program kegiatan bimbingan. Sebagai contoh suatu sekolah yang telah membuat program kegiatan bimbingan untuk siswa-siswanya membuat Guidance Course menjadi sebuah mata pelajaran baru. Ditambah, pengampuh untuk mata pelajaran bimbingan tersebut ialah guru-guru yang bukan berkompetensi di bidang bimbingan. Yang akan terjadi di sini ialah guru akan mengajarkan secara teoritis mengenai bimbingan dan melakukan prosedur-prosedur yang biasa dilakukan pada mata pelajaran lain sedangkan murid hanya mengharapkan nilai dari mata pelajaran tersebut. Seharusnya yang diharapkan dari Guidance Course dalam kasus ini ialah dimana adanya bimbingan dari orang yang berkompeten di bidangnya terhadap sekelompok anak secara bertahap dan berkala untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki pembimbing dalam hal ini ialah memiliki pengetahuan dan memahami mengenai Dinamika Kelompok.

    Ada beberapa hal yang dapat saya jelaskan terkait hasil penilaian tugas observasi kelompok. Pertama sekali yang saya pikirkan ketika mendengar kata hasil penilaian ialah nilai itu sendiri. Nilai yang diberikan untuk kelompok kami, yaitu 80 ialah nilai yang sangat memuaskan bagi saya. Hal itu tidak terlepas dari bagaimana kelompok yang beranggotakan saya, Pipit, Titin, dan Suci bekerja bersama sebaik mungkin dan berusaha untuk selalu menyediakan waktu untuk mata kuliah Bimbingan dan Konseling ini. Kelompok ini juga selalu saling mengingatkan untuk tugas-tugas yang diberikan. Pada tugas penulisan karya tulis ilmiah observasi kali ini, kelompok kami mengurangi diskusi dan lebih banyak membuat pembagian tugas untuk menghemat waktu. Hal ini dilakukan mengingat padatnya jadwal untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang menumpuk.
    Terimakasih kepa Bu Dina yang telah mengevaluasi dan memberikan nilai yang pantas untuk kami. Menurut evaluasi Ibu, daftar isi dan bagian pendahuluan masih kurang. Di sini ialah kekurangan kelompok yang tidak begitu memperhatikan hal-hal teknis yang merupakan komponen penting dalam karya tulis ilmiah. Pendahuluan yang kurang sistematis, mungkin kelompok kami membuat kesalahan dalam membentuk pohon masalah. Pendahuluan yang belum mengarahkan isi karya tulis ilmiah disebabkan kelompok terlalu terfokus terhadap isi pembahasan dari makalah sehingga kehilangan perhatian untuk menyinergikan keseluruhan dari karya tulis ilmiah. Hasil evaluasi yang overall cukup dan pemberian nilai 80 dari Bu Dina sungguh memuaskan hati saya karena mendapat nilai yang tidak bagus di UTS.

    Terimakasih :)

    BalasHapus
  3. 2. Lalu sekarang uraikan dengan detail ; saat diskusi dosen dengan kelompok anda, teori konseling manakah yang dapat digunakan untuk menjelaskan prosesnya? Berikan alasannya juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Diskusi berlangsung antara dosen pengampuh mata kuliah Bimbingan dan Konseling, Bu Dina, dengan semua kelompok-kelompok yang hadir pada kuliah hari Selasa, 10 Januari 2012, pukul 15.00 – 17.00. Diskusi dilakukan bergantian kepada tiap-tiap kelompok. Proses diskusi berlangsung sekitar 15. Proses yang berlangsung berupa pertanyaan-pertanyaan dari Bu Dina seputar tugas karya tulis ilmiah, tanggapan akan hasil penilaian, dan juga sampai sejauh mana pengetahuan mengenai mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
      Berdasarkan bentuknya, proses diskusi ini dapat dikatakan bimbingan kelompok. Hal ini dikarenakan jumlah peserta bimbingan lebih dari 1 orang. Pada kelompok kami sendiri berjumlah 4 orang. Berdasarkan sifatnya, proses diskusi dapat dikatakan sebagai bimbingan korektif, dimana Bu Dina sebagai pembimbing membantu kelompok dalam mengevaluasi dan mengoreksi hasil dari tugas karya ilmiah dan bagaimana proses pembuatannya. Pembimbing juga menggali kelompok untuk mencaritahu sampai sejauh mana pengetahuan kelompok mengenai mata kuliah BK. Berdasarkan ragamnya, proses diskusi dapat dikatakan sebagai bimbingan akademik. Proses diskusi berlangsung untuk membahas hal-hal seputar akademik, bagaimana cara yang tepat untuk memaksimalkan hasil tugas karya tulis dan mempersiapkan diri untuk menghadapi UAS.
      Proses diskusi yang berlangsung juga dapat dikatakan sebagai proses konseling. Menurut Winkel proses konseling menunjuk pada rangkaian perubahan yang terjadi pada konseli yang berinteraksi dengan konselor selama jangka waktu tertentu. Menurut saya, perubahan yang berlangsung adalah pemahaman, pemikiran, dan juga perilaku konseli yang terjadi selama proses konseling berlangsung. Menurut Winkel, teori konseling ialah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung. Terdapat lima teori-teori yang berelevansi dengan Konseling di Institusi Pendidikan, yang terdiri dari: Client-Centered Counseling, Trait-Factor Counseling, Konseling Behavioristik, Rational-Emotive Therapy, dan Konseling Ekletik.
      Berdasarkan teori-teori yang ada, menurut saya, teori Client-Centered Counseling adalah yang paling cocok untuk menjelaskan proses diskusi tersebut. Client-Centered Counseling bertujuan untuk menekankan individualitas konseli yang setaraf dengan individualitas konselor, sehingga dapat dihindari kesan bahwa konseli menggantungkan diri pada konselor. Berdasarkan tujuan ini, dalam proses yang berlangsung, konselor berusaha untuk mengarahkan para konseli untuk mengetahui sendiri kemampuan-kemampuan dan kesalahan-kesalahan yang dialami. Konselor juga mengarahkan konseli bagaimana para konseli secara sadar mengetahui kekurangannya dan memperbaiki serta mempersiapkan diri untuk ke depannya.

      Hapus
    2. Pada Client-Centered Counseling terdapat beberapa keyakinan dasar tentang martabat dan hakikat kehidupan manusia yang sebagian bersfat falsafah dan sebagian bersifat psikologis, yang dapat dikaitkan dengan proses konseling yang berlangsung, di antaranya:
      - Setiap manusia berhak mempunyai setumpuk pandangan sendiri dan menentukan haluan hidupnya sendiri, serta bebas untuk mengejar kepentingannya sendiri selama tidak melanggar hak-hak orang lain. Dalam proses konseling yang berlangsung, konselor hanya mengarahkan para konseli ke arah yang lebih baik tanpa memaksakan hal tersebut. Semua kembali kepada para konseli apakah konseli, apakah konseli tetap berkeras untuk tidak berubah atau mengikuti arahan konselor. Hal ini dilakukan setelah penyadaran terhadap para konseli tentang apa yang salah dalam diri dan yang dilakukan para konseli.
      - Manusi pada dasarnya berakhlak baik, dapat diandalkan, dapat diberi kepercayaan, cenderung bertindak secara konstruktif. Berdasarkan keyakinan ini, pada saat proses konseling berlangsung, konselor tidak menjudge para konseli mengenai yang dilakukannya itu baik atau buruk, konselor hanya memberitahu bagaimana yang baik untuk dilakukan danbagaimana memperoleh nilai yang baik.
      - Manusia, seperti makhluk-makhluk hidup lain, membawa dalam dirinya sendiri kemampuan, dorongan dan kecenderungan untuk mengembangkan diri sendiri semaksimal mungkin. Di sini konselor membantu para konseli untuk menciptakan kondisi-kondisi dan situasi-situasi yang memungkinkan para konseli untuk memunculkan kemampuan-kemampuan dan kecenderungan-kecenderungan tersebut.
      - Cara berperilaku seeorang dan cara menyesuaikan dirinya terhadap keadaan hidup yang dihadapinya, selalu sesuai dengan pandangannya sendiri terhadap diri sendiri dan keadaan yang dihadapi. Dalam proses konseling yang berlangsung, pada saat konselor melakukan evaluasi terhadap hasil karya tulis ilmiah, konselor menanyakan mengenai apakah nilai yang didapat dirasa pantas dan apakah sudah maksimal. Jawaban dari pertanyaan ini merupakan penilaian para konseli akan dirinya sendiri dan kelompok. Dari jawaban tersebut konselor bergerak untuk mengarahkan para konseli.
      - Seseorang akan menhadapi persoalan jika di antara unsur-unsur dalam gambaran terhadap diri sendiri timbul konflik dan pertentangan, seperti ”saya seharusnya menjadi orang yang bagaimana”. Di sini konselor menyadarkan para konseli mengenai apa yang telah mereka capai dan bagaimana mereka menanggapinya. Apakah para konseli sudah puas dengan capaian mereka atau ingin mengubah dirinya menjadi sesuatu yang dirasanya lebih baik lagi.

      Sekian jawaban dari saya, saya ucapkan terima kasih kepada Bu Dina 

      Hapus
  4. 3. Sekarang, anggaplah diri anda seorang konselor pendidikan tinggi. Lepaskan atribut anda sebagai anggota kelompok. Apakah yang anda lakukan pada kelompok anda? (gunakan minimal 2 pembahasan teori).

    BalasHapus
  5. Pertama sekali saya mau meminta maaf kepada Bu Dina karena terlambat menjawab soal ini dikarenakan saya baru dapat mengakses internet pada saat ini. Semoga ada keringanan untuk saya, jikalau memang ada konsekuensinya saya akan terima.

    Jika saya merupakan konselor pendidikan tinggi saya akan menggunakan salah satu dari metode Client-Centered Counseling dan Konseling Behavioristik, ataupun menggunakan keduanya jika kondisi dan situasi memungkinkan.
    Alasan saya menggunakan metode Client-Centered Counseling ialah agar kelompok lebih menyadari sampai sejauh mana kemampuannya dan mencari jalan keluar sendiri dalam menyelesaikan masalahnya. Pada faktanya, kelompok kami cukup cepat untuk merasa puas dengan apa yang telah didapat. Metode ini, akan saya gunakan sebagai konselor agar kelompok selalu dapat memaksimalkan kompetensi yang ada di dalam kelompok, dengan cara menciptakan situasi dan kondisi yang membantu kelompok untuk mencapai hal tersebut. Metode ini juga saya gunakan agar kelompok dapat memiliki pandangan akan kelompok mereka dengan cara yang benar.
    Pada faktanya, kelompok cukup pasif ketika berada di dalam perkuliahan. Untuk sifat ini, mungkin saya akan memadunya dengan pendekatan Behaviouristik, untuk memunculkan perilaku-perilaku aktif di dalam perkuliahan. Proses learning diharapkan terjadi dalam kelompok. Aplikasinya mungkin dengan sering melakukan tanya jawab di dalam kelas. Kelompok yang pasif akan cenderung ingin bertanya ataupun menjawab jika melihat teman-teman yang lain aktif bertanya dan menjawab. Pemberian reward juga mungkin dapat dilakukan untuk memberikan dorongan lebih untuk memunculkan perilaku aktif. Hal-hal unik dan kreatif akan banyak saya berikan agar kelompok tidak merasa bosan dengan perkuliahan, dan lebih aware dengan apa yang terjadi di dalam perkuliahan. Sifat pasif mungkin terjadi akibat sifat dari kelompok yang pemalu, jadi disini saya akan mengusahakan agar bagaimana sifat pemalu itu tidak menutupi perilaku aktif selama perkuliahan.
    Jika perilaku aktif telah muncul, maka konseling akan saya lakukan kembali dengan metode Client-Centered, yang saya rasa sangat baik untuk pengembangan diri seseorang ataupun kelompok
    Terimakasih

    BalasHapus